Rabu, Mei 09, 2007

Rabu, 09 Mei 2007, jawapos

Penyiksaan atas Nama Cantik


Kontes Kecantikan
Kontes kecantikan dan beberapa acara sejenis sering dianggap sebagai bentuk eksploitasi tubuh wanita. Benarkah perempuan adalah korban? Hasil riset Dento Mudhiarko berikut menjawab permasalahan tersebut.
----------

Penyelenggaraan kontes kecantikan, baik dalam skala global maupun lokal, merupakan salah satu bentuk penciptaan standar kecantikan. Memang, salah satu dampak positif penyelenggaraan kontes kecantikan bisa menjadi sarana promosi bagi negara yang melakukan kegiatan itu. Demikian juga di Indonesia.

Di tengah situasi dan kondisi yang kurang baik dan citra negatif Indonesia di mata dunia, penyelenggaraan kegiatan itu bisa memupus citra buruk bangsa ini.

Tetapi, yang harus diwaspadai adalah dampak negatif dari pelaksanaan sejenis ini. Memang tidak secara langsung, tetapi dirasakan para perempuan. Yang paling dirasakan adalah pemaknaan yang dilakukan kaum perempuan mengenai konsep cantik itu sendiri.

Ditambah lagi dengan hadirnya tayangan kontes-kontes kecantikan sebagai ajang "penghargaan" tahunan yang disiarkan ke seluruh penjuru dunia, tak dapat dihindarkan lagi memunculkan dampak tertentu. Salah satu di antaranya adalah pembentukan makna kecantikan yang didasarkan pada karakter fisik para kontestan.

Itulah yang mendasari Dento Mudhiarko, mahasiswa Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia (UI), melakukan penelitian tentang kontes kecantikan yang membentuk citra "kecantikan" dan juga bentuk eksploitasi yang dialami hingga menjadi dasar terjadinya viktimisasi struktural terhadap kaum perempuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah analisis data sekunder. Peneliti memulai penelitian dengan mengumpulkan berbagai literatur dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, karya akademis, jurnal, buku, media cetak hingga artikel-artikel yang berkaitan dengan tema penelitian tersebut.

Perempuan sebagai Korban

Citra kecantikan yang terbentuk dari penyelenggaraan kontes-kontes kecantikan membuat kaum perempuan menderita -meski sering tanpa sadar- akibat terobsesi untuk mendapatkan penampilan yang cantik.

Bahkan, sekarang ini konsep cantik memiliki arti "menggunakan make up" dan tampil cantik -yang diartikan dengan ber-make up- itu adalah suatu keharusan bagi seorang perempuan.

Tak lagi hanya cukup dengan tubuh dan pakaian yang bersih, perempuan juga menjadi wajib mewarnai wajahnya sekurangnya dengan bedak dan lipstik untuk melangkah keluar rumah dan memasuki lingkup pergaulan sosial. Ditambah lagi dengan penilaian dari para pria sebagai pihak lawan jenis sehingga para perempuan selalu ingin dan berusaha tampil cantik dan menarik.

Sebagai akibatnya, itu dimanfaatkan produsen-produsen alat kecantikan. Tidak sedikit beredar di pasaran produk-produk kecantikan yang justru malah membahayakan pengguna.

Bahkan, muncul keinginan untuk mendapatkan tubuh yang ideal seperti para peserta kontes kecantikan banyak yang mengonsumsi obat-obatan pelangsing tubuh. Padahal, obat-obatan seperti itu bekerja dengan cara menekan nafsu makan. Bahkan, beberapa obat ditengarai memiliki karakter yang sama dengan ekstasi.

Di sisi lain dampak yang muncul dari kegagalan dalam meraih impian akan menimbulkan luka psikologis. Hal itu termanifestasikan dalam bentuk rasa malu dan menjadi tidak percaya diri. Apalagi keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang mengagungkan postur tubuh langsing, kegemukan dapat menimbulkan stigma dalam kehidupan seseorang.

Tetapi, fakta itu tak cukup banyak diketahui atau dipedulikan perempuan. Banyak di antara mereka yang terus-menerus menyiksa diri dengan diet yang berlebihan. Bahkan, ada di antara mereka yang sampai mengalami gangguan dalam pola makan hingga mengakibatkan bullimia (makan banyak, lalu dimuntahkan kembali) atau anorexia (menolak makanan karena merasa kegemukan), demi mendapatkan tubuh yang ideal. Dan, berbagai macam permasalahan lain yang muncul seiring dengan kegagalan dalam proses pencapaian impian. (ryan/dava)

Baca Selengkapnya

Selasa, Mei 08, 2007

"korban keganasan" internet ?




Dua sosok mahasiswi yang akan saya jadikan tokoh dalam memaparkan kasus "over load" berinternet. moga diijinkan ma yang punya foto :)...

Baca Selengkapnya

Sabtu, Mei 05, 2007

xubuntu or debian



sebenarnya perbandingan yang tidak sebanding but....
pingin nginstall xubuntu tapi koq gagal terus sich?????kenapa xubuntu? karena minimal hardware bisa jalani tu OS :P, lagian masih keluarga apt (debian :P)...pertama gue nginstall tertinggal tidur (setengah tidur a.k.a ga sadar), :( jadi ngawur dan ga jelas gue langkah2 nya :D, yang kedua lupa password nya, hah! entahlah yg jelas belum kelar dah gue restart paksa. Pas booting, jalan, minta passport gue kasih, ehhhhh salah :((.....akhirnya gue harus pake debian.....meskipun entar di kampus pake redhat(praktikum network security):( :P....
walaupun petir menggelegar,dosen pake redhat atau apapun, gue tetap pake debian:P


Baca Selengkapnya


numpang nampang achhhhhhhh di blog sendiri. jarang di update.

Baca Selengkapnya